CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 20 Februari 2009

Rebel Stars Industries


Established in Sacramento, California, 5 years ago, “REBEL STARS” was founded by a circle of friends and family growing up with music, and addicted to urban fashion trend.
Even though pretty much obscure and only lasted for less than a year standing proud among other independent clothing line companies on the West coast of U.S., REBEL STARS somehow managed to survive with its small online-store, and strive to relocate its production process, along with its headquarters to Indonesia in 2004, and started opening its 1st Showroom & Vendor in 2006.

Company background:
Former & still active musicians, music lovers, and natural born rebels. All those qualities mixed up.

Company spirit:
Musicians & Rebels stick together.

Who?:
Founder and visionary Kiki Marino, along with the late Brandy Sherwood, and some of his relatives who lived in Sacramento set up a small independent clothing line company simply just because they didn’t like what everybody else were wearing, or making.
With their musicians background and those attitude bore in mind, they decided to name the line: REBEL STARS. In 2004 the company was 're-established' in Yogyakarta, Indonesia. With a little help from Kate O' Shaughnessy, an appointed international-marketing-representative at the time, REBEL STARS started to gain people's attention.
Now, a lot more musicians are involved in the family; Eross Candra-Sheila on 7 (co-owner), Ipul-The Rain (co-owner), Fahmi B-Clancy (Showroom-co-owner), and M. Himawan (Showroom-co-owner).
The last mentioned is an owner a music-studio, so he’s still considered in the circle of musicians.
And we have Adrian, Anice, Angela, Siska, Agas & Ira, --our-employed-staff --, who complete this small circle.

Three words to describe your company:
faith, hope, destiny

One word to describe street / urban clothing in Yogyakarta:
Slowly evergrowing
News:
We just threw a party to officially launch our first ‘REBEL STARS SHOWROOM & VENDOR’, at jl. Tamansiswa 59, lt. 2, Yogyakarta 55151.
Presenting a 'ROCKUMENTARY MOVIE WEEKENDS'
And we'll throw more parties.

Wild Card:
How it al began is not important anymore. What important is how we maintain and keep all this exist and growing.

Where to find?
REBEL STARS SHOWROOM & VENDOR:
Jl. Tamansiswa 59, lt. 2, Yogyakarta 55151.
+62 274 7805223, +62 81578854434
And at several vendors all across INDONESIA
Or,
SHOP ONLINE

Senin, 16 Februari 2009

God Bless Luncurkan Album Baru

Keriuhan belantika musik Indonesia akhir-akhir ini rupanya bikin gerah grup band legendaris God Bless. Seperti terusik dari pertapaannya, band yang hampir meninjakkan usia ke-35 tahun ini bakal turun gunung kembali untuk memproduksi album terbaru yang ke 7. Sampai saat ini, mereka telah menyiapkan amunisi 12 materi lagu baru.

Meskipun jaman terus berubah, namun nuansa musik mereka dijamin tak kan beranjak dari warna rock progresif seperti band tahun 1970-an. "Nggak ada yang berubah. Warna musik kita tetap dominan dengan rock progresif seperti awal lahirnya God Bless," ujar vokalis God Bless, Ahmad Albar saat ditemui dalam acara ulang tahun Classic Rock yang ke-4 di Jalan Lembong I, Kota Bandung, Jumat (28/11/2008).

Namun, sambung Albar, groupnya akan tetap konsistenm mempertahankan warna suguhan musik Rock. "Nanti kita akan berhitung sejauh mana kompromi warna musik kita dengan trend musik yang tengah berkembang. Sejauh musik kita cocok, ya nggak ada salahnya. Yang penting musik kita juga bisa didengar oleh generasi sekarang ini," terang pria berambut kribo ini.

Akbar berharap album ke-7 God Bless ini bisa rampung awal 2009. Ini sangat terkait dengan kebangkitan band yang terkenal dengan album Bis Kota ini di usia ke-35 tahun.

"Doakan saja, album ke-7 kami bisa cepat kelar tahun ini juga. Sekalian untuk merayakan 35 tahun God Bless akhir tahun nanti," harap mantan suami artis Rini S. Bono ini.

Mengenai judul album tersebut, Iyek , demikian vokalis ini akrab disapa, belum bisa membocorkan lantaran mereka tengah mencari tembang mana yang layak di jadikan judul album, selain itu lirik-lirik masih kasar.

"Proyek kami baru berjalan 80 persen. Jadi kami belum mikir judul apa yang tepat untuk album ini nanti," terangnya.

Kamis, 05 Februari 2009

Beyonce : Dua warna yang berbeda

Dua album dengan warna yang berbeda dirilis dalam waktu yang bersamaan. Kurang lebih itulah definisi album ketiga dari Beyonce ini. Menurutnya, satu album mewakili karakter dirinya sementara album yang lain adalah penggambaran dari alter ego-nya, Sasha Fierce. Kedengarannya agak sedikit berbau personal.

Kabarnya, Beyonce memerlukan waktu sekitar satu tahun untuk menyelesaikan 'proyek besarnya' ini. Tak kurang dari tujuh puluh lagu menjadi materi awal dari double album ini sebelum akhirnya diseleksi lagi menjadi sebelas lagu. Pada CD pertama yang diberi title I AM... Beyonce banyak bermain dengan tempo lambat bergaya R&B tradisional sementara di CD kedua yang berjudul SASHA FIERCE nuansa beralih menjadi lebih 'panas'.

Secara keseluruhan, CD pertama memang terasa lebih romantis, soft dan mengusung tema-tema yang terasa sangat 'pribadi'. Coba saja dengar lagu If I Were A Boy yang didapuk sebagai lagu pembuka. Dalam lagu ini Beyonce seolah ingin menyampaikan kekecewaannya pada para pria dengan berandai-andai jika saja ia adalah seorang pria.

Penghayatan Beyonce terasa sangat kuat pada 'sisi' ini. Meski ia tak terlalu berusaha memamerkan teknik vokal tinggi, namun penjiwaan yang kuat pada lirik lagu cukup mampu membuat enam track yang lima di antaranya adalah hasil tulisan Beyonce sendiri ini terasa lebih 'menggigit'. Memang tak ada yang baru dalam jajaran lagu dalam CD ini. Semua lagu berformat standar lagu R&B namun justru kesederhanaan itulah kekuatan CD pertama ini.

Berbeda dengan CD pertama, bagian kedua terasa lebih rancak dengan format yang lebih modern. Beat-beat lagu yang ada di CD ini pun cukup mampu membuat badan bergoyang. Tema yang diangkat dalam lirik-liriknya pun cenderung lebih 'nakal' dan 'berani' ketimbang CD pertama. Sayangnya beat dan lirik yang agresif ini sedikit terasa hambar karena Beyonce seolah tak mampu menghadirkan kesan sensual itu lewat tarikan vokalnya.

Sebenarnya keputusan untuk melepas album ini sebagai double album memang agak beresiko. Artinya, cerita tentang alter ego ini seolah hanya dibuat untuk menutupi trik marketing saja. Seandainya, jajaran lagu-lagu ini dirilis sebagai satu album utuh tanpa harus ada cerita tentang alter ego sekalipun, tetap saja orang bisa membedakan 'dua sisi' yang berbeda ini.

Terlepas dari itu hanya sekedar trik marketing atau konsep dasar album ini memang begitu, album ini ternyata punya performa pasar yang cukup bagus. Sejak dirilis 12 November 2008 lalu, album ini sudah mendapat sertifikasi Platinum dan Gold di berbagai tempat termasuk Australia, Belgia, Jepang, New Zealand, Rusia dan tentunya di Amerika Serikat sendiri. Kabarnya, album ini malah masuk sepuluh besar album terlaris sepanjang tahun 2008 meski ia baru dirilis dua bulan menjelang tahun berakhir.