CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 05 Februari 2009

Beyonce : Dua warna yang berbeda

Dua album dengan warna yang berbeda dirilis dalam waktu yang bersamaan. Kurang lebih itulah definisi album ketiga dari Beyonce ini. Menurutnya, satu album mewakili karakter dirinya sementara album yang lain adalah penggambaran dari alter ego-nya, Sasha Fierce. Kedengarannya agak sedikit berbau personal.

Kabarnya, Beyonce memerlukan waktu sekitar satu tahun untuk menyelesaikan 'proyek besarnya' ini. Tak kurang dari tujuh puluh lagu menjadi materi awal dari double album ini sebelum akhirnya diseleksi lagi menjadi sebelas lagu. Pada CD pertama yang diberi title I AM... Beyonce banyak bermain dengan tempo lambat bergaya R&B tradisional sementara di CD kedua yang berjudul SASHA FIERCE nuansa beralih menjadi lebih 'panas'.

Secara keseluruhan, CD pertama memang terasa lebih romantis, soft dan mengusung tema-tema yang terasa sangat 'pribadi'. Coba saja dengar lagu If I Were A Boy yang didapuk sebagai lagu pembuka. Dalam lagu ini Beyonce seolah ingin menyampaikan kekecewaannya pada para pria dengan berandai-andai jika saja ia adalah seorang pria.

Penghayatan Beyonce terasa sangat kuat pada 'sisi' ini. Meski ia tak terlalu berusaha memamerkan teknik vokal tinggi, namun penjiwaan yang kuat pada lirik lagu cukup mampu membuat enam track yang lima di antaranya adalah hasil tulisan Beyonce sendiri ini terasa lebih 'menggigit'. Memang tak ada yang baru dalam jajaran lagu dalam CD ini. Semua lagu berformat standar lagu R&B namun justru kesederhanaan itulah kekuatan CD pertama ini.

Berbeda dengan CD pertama, bagian kedua terasa lebih rancak dengan format yang lebih modern. Beat-beat lagu yang ada di CD ini pun cukup mampu membuat badan bergoyang. Tema yang diangkat dalam lirik-liriknya pun cenderung lebih 'nakal' dan 'berani' ketimbang CD pertama. Sayangnya beat dan lirik yang agresif ini sedikit terasa hambar karena Beyonce seolah tak mampu menghadirkan kesan sensual itu lewat tarikan vokalnya.

Sebenarnya keputusan untuk melepas album ini sebagai double album memang agak beresiko. Artinya, cerita tentang alter ego ini seolah hanya dibuat untuk menutupi trik marketing saja. Seandainya, jajaran lagu-lagu ini dirilis sebagai satu album utuh tanpa harus ada cerita tentang alter ego sekalipun, tetap saja orang bisa membedakan 'dua sisi' yang berbeda ini.

Terlepas dari itu hanya sekedar trik marketing atau konsep dasar album ini memang begitu, album ini ternyata punya performa pasar yang cukup bagus. Sejak dirilis 12 November 2008 lalu, album ini sudah mendapat sertifikasi Platinum dan Gold di berbagai tempat termasuk Australia, Belgia, Jepang, New Zealand, Rusia dan tentunya di Amerika Serikat sendiri. Kabarnya, album ini malah masuk sepuluh besar album terlaris sepanjang tahun 2008 meski ia baru dirilis dua bulan menjelang tahun berakhir.

0 komentar: